Satelit "Nusantara Dua" Gagal Mengorbit Kemudian Hancur
Palapa N-1 atau disebut pula Nusantara Dua, gagal mengangkasa saat diluncurkan dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC) di Xichang, Provinsi Sichuan, China, Kamis (9/4/2020).

Satelit ini direncanakan akan menggantikan satelit Palapa-D di slot orbit 113 Bujur Timur, untuk memfasilitasi layanan broadband dan broadcast (penyiaran) di tanah air. Kegagalan ini terjadi akibat kesalahan teknis.
Adi Rahman Adiwoso, Direktur Utama PSN menjelaskan bahwa pada mulanya, peluncuran roket berjalan dengan baik di tahap pertama dan kedua. Kendala baru muncul beberapa menit saat memasuki tahap tiga.
Di tahap tiga, terdapat dua roket, di mana salah satunya tidak menyala, sehingga tidak memenuhi kecepatan yang dibutuhkan untuk mencapai orbit yang telah ditetapkan.
"Dalam hal ini ketinggian satelit tersebut hanya sekitar 170 km, dengan kecepatan 7.100 meter per detik," jelas Adi dalam konferensi pers bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jumat (10/4/2020).
"Kemudian satelit jatuh ke lautan dan tidak bisa diselamatkan," lanjut Adi. Walhasil, satelit Nusantara Dua hilang dan tidak bisa digunakan lagi.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS), Johanes Indri Trijatmodjo mengatakan satelit Nusantara Dua dilindungi asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit.
Satelit Nusantara Dua sendiri dibuat oleh China Great Wall Industry Corporation. Satelit ini memiliki bobot 5.550 kilogram dengan transponder FSS C-band 20×36 MHz, dan High Throughput Satellite (HTS) 9,5 Gbps.
Menteri Kominfo, Johnny G Plate mengatakan, satelit Palapa-D yang kini digunakan 23 lembaga penyiaran dan delapan lembaga radio di Indonesia itu akan berhenti mengorbit selambat-lambatnya akhir Juli 2020.
Sebagai salah satu alternatif, Kominfo telah berdiskusi dengan Menteri BUMN untuk menggunakan satelit yang tersedia saat ini dalam jangka waktu pendek, agar layanan penyiaran dan telekomunikasi tetap terjaga.
BUMN yang mengoperasikan satelit sendiri saat ini ada dua, yakni Telkom dan BRI. Telkom memiliki dua satelit, yaitu Telkom 3S dan satelit Merah Putih. Sementara BRI memiliki satu satelit yaitu BRISAT.
Dirjen SDPPI Kominfo, Ismail mengatakan pemerintah akan berkoordinasi dengan Indosat Ooredoo dan PSN untuk kemudian mengirimkan surat ke International Telecommunication Union/ITU, selaku regulator satelit.
Ismail mengatakan bahwa pemerintah akan meminta ITU untuk menetapkan status force majeur.
"Dalam kondisi yang demikian, secara normalnya kita akan mendapatkan perpanjangan waktu untuk menyiapkan satelit pengganti baru, agar seluruh frekuensi di dalam slot orbit tersebut tetap menjadi milik Indonesia," jelas Ismail.
Ada Anomali, Satelit Nusantara Dua Gagal Mengorbit

"Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit," jelasnya. Satelit ini diluncurkan untuk memberikan akses internet di Indonesia yang lebih berkualitas. Nusantara Dua atau yang juga disebut Palapa N-1 sedianya akan menggantikan satelit Palapa-D di 113 Bujur Timur dan direncanakan mulai beroperasi pada Juni 2020 mendatang. Palapa-D yang dioperasikan Indosat Ooredoo dirancang oleh Thales Alenia Space dan mengorbit sejak 31 Agustus 2009 lalu. Satelit ini memiliki bobot 5.550 kilogram dengan kapasitas 20×36 MHz C-band FSS Transponder dan 9,5 Gbps High Throughput Satellite (HTS).

Menurut laporan dari Space.com yang dihimpun KompasTekno, Jumat (10/4/2020), serpihan puing satelit Nusantara Dua dan roket yang mengangkutnya terlihat melintas di langit Guam, sebuah pulau kecil di bagian barat Samudra Pasifik. Beberapa penduduk Guam sempat melihat puing-puing berapi yang bergerak melintasi langit pada malam hari. Kantor Keamanan Dalam Negeri dan Pertahanan Sipil Guam mengatakan, serpihan berapi itu kemungkinan berkaitan dengan gagalnya peluncuran roket Long March-3B di Xichang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar